Analisis rasio menggambarkan hubungan antara
suatu jumlah dengan jumlah lainnya. Analisis rasio dapat memberikan petunjuk
dan gejala serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan atau posisi keuangan
suatu perusahaan.
A.
Rasio
Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera
dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih.
B.
Rasio
Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun kewajiban
jangka panjang.
C.
Rasio
Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
Berikut ini contoh perhitungan dari
masing-masing rasio :
Laporan Laba Rugi Perusahaan A
Per 31 Desember 2010
Penjualan
|
Rp 4000.000,00
|
Harga Pokok Barang
Terjual
|
Rp
2.500.000,00
|
Laba Kotor
|
Rp
1.500.000,00
|
Biaya-biaya Administrasi
Penjualan dan Biaya-biaya Umum
|
Rp
950.000,00
|
Laba usaha
|
Rp
550.000,00
|
Bunga (10% Obligasi)
|
Rp
50.000,00
|
Laba Sebelum Pajak
|
Rp 500.000,00
|
Pajak Pendapatan
|
Rp
250.000,00
|
Laba Setelah Pajak
|
Rp
250.000,00
|
Neraca Perusahaan A
Per 31
Desember 2010
Aktiva
|
|
Pasiva
|
|
Kas
|
Rp 100.000,00
|
Hutang Dagang
|
Rp
100.000,00
|
Efek
|
Rp 150.000,00
|
Hutang Wesel
|
Rp
100.000,00
|
Piutang
|
Rp 50.000,00
|
Hutang Pajak
|
Rp
50.000,00
|
Persediaan
|
Rp 200.000,00
|
Hutang Lancar
|
Rp 250.000,00
|
Aktiva Lancar
|
Rp 500.000,00
|
Long Term Debt.
|
Rp
500.000,00
|
Aktiva Tetap
|
Rp 1.500.000,00
|
Saham
|
Rp 1.000.000,00
|
|
|
Laba Ditahan
|
Rp
250.000,00
|
Total Aktiva
|
Rp 2.000.000,00
|
Total
Pasiva
|
Rp 2.000.000,00
|
Berdasarkan neraca diatas, akan dihitung rasio
sebagai berikut :
1.
Rasio
Likuiditas
a.
Current
Ratio = (Aktiva Lancar / Hutang Lancar)
Current Ratio = (Rp 500.000 / Rp 250.000)
=
2 atau 200%
Kesimpulan
:
setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin oleh 2 harta lancar atau perbandingannya
antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 2:1.
b.
Quick
Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang Lancar)
Quick Ratio = ((Rp 500.000 - Rp 200.000) / Rp
250.000
=
Rp 300.000 / Rp 250.000
= 1,2 atau 120%
Kesimpulan :
Rata-rata tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali, sedangkan perusahaan
A 1,2 maka keadaannya sangat baik, karena perusahaan dapat membayar hutang
walaupun sudah dikurangi persediaan.
2.
Rasio
Solvabilitas
a.
Total
Dept to Equity Ratio = (Total Hutang /
Ekuitas Pemegang Saham) * 100%
Total Dept to Equity Ratio = (Rp 750.000 / Rp
1.250.000) * 100%
=
60% atau 0,6 x
Kesimpulan :
Perusahaan dibiayai oleh hutang 60% untuk tahun 2010.
b.
Total
Dept to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) * 100%
Total Dept to Asset Ratio = (Rp 750.000 / Rp
2.000.000) * 100%
=
37,5% atau 0,37 x
Kesimpulan :
pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang 37,5% untuk tahun 2010 artinya
bahwa pendanaan perusahaan disediakan oleh pemegang saham.
3.
Rasio
Rentabilitas
a.
Gross
Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) * 100%
Gross Profit Margin = (Rp 1.500.000 / Rp
4.000.000) * 100%
=
37,5%
Kesimpulan :
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah
sebesar 37,5%.
b.
Net
Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) * 100%
Net Profit Margin = (Rp 250.000 / Rp 2.000.000)
* 100%
=
12,5%
Kesimpulan :
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih
adalah sebesar 12,5%.
c.
Operating
Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan Bersih) * 100%
Operating Profit Margin = (Rp 550.000 / Rp
4.000.000) * 100%
=
13,75%
Kesimpulan :
Operating Ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, dari hasil
perhitungan ratio ini menunjukkan kondisi rendah dan merupakan keadaan yang
baik, karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya
juga rendah, dan tersedia untuk laba yang besar.
0 komentar:
Posting Komentar