Minggu, 27 April 2014

Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi Masalah Khusus dan Masalah-Masalah Khusus Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi



A.   Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi Masalah Khusus
Laporan keuangan konsolidasi masalah khusus adalah laporan keuangan gabungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak, dimana dalam laporan keuangan tersebut terdapat masalah-masalah khusus dalam pembukuan laporan keuangan induk dan anak.

B.    Masalah-Masalah Khusus Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
Masalah-masalah khusus dalam laporan keuangan konsolidasi terdiri dari :
1.      Laba antar perusahaan (Intercompany Profits)
2.      Obligasi antar perusahaan (Intercompany Bond Holdings)
3.      Saham prefferen dan saham biasa anak (Subsidiaries With Preffered and Common Stock)
4.      Deviden saham anak (Stock Deviden by Subsidiary)

Kasus dalam masalah-masalah khusus pada laporan keuangan dapat di ketahui dengan beberapa cara beserta haknya yaitu :
1.      Tidak Kumulatif Tidak Berpartisipasi (TKTB) » Haknya hanya sebatas nilai nominal
2.      Kumulatif Tidak Berpartisipasi (KTB) » Haknya hanya sebatas nominal, tetapi semua deviden akan menjadi haknya sampai tanggal terakhir dan dibagikan
3.      Tidak Kumulatif Berpartisipasi Penuh (TKB) » Hak atas deviden hanya apabila perusahaan mengalami laba
4.      Kumulatif Berpartisipasi Penuh (KB) » Hak atas kekayaan dan hak atas deviden

Minggu, 20 April 2014

Mengatasi Fraud Dalam Laporan Keuangan



Bagaimana cara mengatasi fraud dalam laporan keuangan ?

Sebelum itu, dibawah ini merupakan definisi fraud secara lengkap :
Secara harafiah fraud didefenisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Black’s Law Dictionary Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat, licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.

Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersama, yaitu:
1.      Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud
2.      Peluang untuk melakuakn fraud
3.      Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.

Faktor Pemicu Fraud
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu : Greed (keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (kebutuhan), Exposure (pengungkapan).
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).

Gejala Adanya Fraud
Fraud (Kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun gejala tersebut adalah:
1.      Gejala kecurangan pada manajemen
o   Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
o   Moral dan motivasi karyawan rendah
o   Departemen akuntansi kekurangan staf
o   Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok, atau badan otoritas
o   Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
o   Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
o   Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
o   Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
o   Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku

2.      Gejala kecurangan pada karyawan/pegawai
o   Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/penjelasan pendukung
o   Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
o   Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
o   Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
o   Kekurangan barang yang diterima
o   Kemahalan harga barang yang dibeli
o   Faktur ganda
o   Penggantian mutu barang

Perilaku Pelaku Fraud
Berikut merupakan beberapa perilaku seseorang yang harus menjadi perhatian karena dapat merupakan indikasi adanya kecurangan yang dilakukan orang tersebut, yaitu:
§  Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti biasanya, gaya hidup mewah, mobil atau pakaian maha
§  Gaya hidup di atas rata-rata
§  Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja
§  Penjudi berat
§  Peminum berat
§  Sedang dililit utang
§  Temuan audit atas kekeliruan (error) atau ketidakberesan (irregularities) dianggap tidak material ketika ditemukan
§  Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering bekerja sendiri

Bagaimana cara mengatasi fraud ?
Mengatasi fraud adalah tugas bersama dari suatu organisasi pemerintahan dan sistem pengawasan internalnya. Pengenalan akan kecurangan dan dampaknya menjadi hal yang penting untuk diketahui seluruh staff pegawai hingga manajemen puncak. Demikian juga dengan kerugian atau kebocoran keuangan negara yang terjadi akibat adanya fraud. Hal ini dapat berakibat pada alokasi dana yang hilang yang telah dikumpulkan dari berbagai pendapatan negara terutama pajak yang telah didapatkan dari masyarakat. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dibutuhkan sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pemerintah yang di danai dari pajak. Dan yang lebih utama meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan menjadi berkurang, termasuk investasi luar negeri berkurang, sehingga kondisi makro keuangan pemerintah menjadi terganggu.
        Kesadaran untuk melakukan tindakan anti fraud dapat diawali dengan memberikan pengertian yang lebih tentang kerugian dan dampak fraud. Dengan kesadaran yang meningkat maka diupayakan untuk menghilangkan penyebab fraud. Kemudian melakukan tindakan hukuman dan penghargaan untuk lebih mempercepat peningkatan kesadaran dan budaya kerja tanpa fraud.

Sebelum terjadi fraud kita juga harus melakukan upaya pencegahan
Mengapa harus dilakukan pencegahan?
Keberhasilan kegiatan memerangi fraud, setelah korupsi terjadi adalah suatu ironi tersendiri dalam upaya penanggualan fraud karena semakin banyak mendeteksi dan menyelesaikan kasus berindikasi fraud, bukan merupakan kondisi umum yang dikehendaki masyarakat, sebab pada dasarnya kejadian fraud bukanlah kejadian yang dikehendaki masyarakat.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan pencegahan sejak dini.
Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus dilakukan yaitu (1) membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness, mencegah benturan kepentingan, confidential disclosure agreement dancorporate security contract. (2) Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja, aktifitas control dan sistem rewards and recognition. (3) membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self sssessment, internal auditor dan eksternal auditor

Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas



Analisis rasio menggambarkan hubungan antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya. Analisis rasio dapat memberikan petunjuk dan gejala serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.

A.   Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih.

B.    Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.

C.   Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Berikut ini contoh perhitungan dari masing-masing rasio :

       Laporan Laba Rugi Perusahaan A
  Per 31 Desember 2010
Penjualan
Rp    4000.000,00
Harga Pokok Barang Terjual
Rp   2.500.000,00
           Laba Kotor
Rp   1.500.000,00
Biaya-biaya Administrasi Penjualan dan Biaya-biaya Umum
Rp      950.000,00
           Laba usaha
Rp      550.000,00
           Bunga (10% Obligasi)
Rp        50.000,00
           Laba Sebelum Pajak
Rp      500.000,00
           Pajak Pendapatan
Rp      250.000,00
           Laba Setelah Pajak
Rp      250.000,00

  Neraca Perusahaan A
Per 31 Desember 2010
Aktiva

Pasiva

Kas
Rp    100.000,00
Hutang Dagang
Rp    100.000,00
Efek
Rp    150.000,00
Hutang Wesel
Rp    100.000,00
Piutang
Rp      50.000,00
Hutang Pajak
Rp      50.000,00
Persediaan
Rp    200.000,00
Hutang Lancar
Rp    250.000,00
Aktiva Lancar
Rp    500.000,00
Long Term Debt.
Rp    500.000,00
Aktiva Tetap
Rp 1.500.000,00
Saham
Rp 1.000.000,00


Laba Ditahan
Rp    250.000,00
Total Aktiva
Rp 2.000.000,00
Total Pasiva
Rp 2.000.000,00



Berdasarkan neraca diatas, akan dihitung rasio sebagai berikut :
1.    Rasio Likuiditas
a.    Current Ratio = (Aktiva Lancar / Hutang Lancar)
Current Ratio = (Rp 500.000 / Rp 250.000)
                                   =  2 atau 200%
Kesimpulan : setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin oleh 2 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 2:1.

b.    Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang Lancar)
Quick Ratio = ((Rp 500.000 - Rp 200.000) / Rp 250.000
                                = Rp 300.000 / Rp 250.000
                                = 1,2 atau 120%
Kesimpulan : Rata-rata tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali, sedangkan perusahaan A 1,2 maka keadaannya sangat baik, karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.

2.    Rasio Solvabilitas
a.    Total Dept  to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) * 100%
Total Dept to Equity Ratio = (Rp 750.000 / Rp 1.250.000) * 100%
                                                       =  60% atau 0,6 x
Kesimpulan : Perusahaan dibiayai oleh hutang 60% untuk tahun 2010.

b.    Total Dept to Asset Ratio = (Total Hutang / Total Aktiva) * 100%
Total Dept to Asset Ratio = (Rp 750.000 / Rp 2.000.000) * 100%
                                                     =  37,5% atau 0,37 x
Kesimpulan : pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang 37,5% untuk tahun 2010 artinya bahwa pendanaan perusahaan disediakan oleh pemegang saham.

3.    Rasio Rentabilitas
a.    Gross Profit Margin = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) * 100%
Gross Profit Margin = (Rp 1.500.000 / Rp 4.000.000) * 100%
         = 37,5%
Kesimpulan : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 37,5%.

b.    Net Profit Margin = (Laba Setelah Pajak / Total Aktiva) * 100%
Net Profit Margin = (Rp 250.000 / Rp 2.000.000) * 100%
                                          =  12,5%
Kesimpulan : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih adalah sebesar 12,5%.

c.    Operating Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan Bersih) * 100%
Operating Profit Margin = (Rp 550.000 / Rp 4.000.000) * 100%
                                                     =  13,75%
Kesimpulan : Operating Ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, dari hasil perhitungan ratio ini menunjukkan kondisi rendah dan merupakan keadaan yang baik, karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan tersedia untuk laba yang besar.


Source :  PowerPoint dari Bapak Seno Sudarmono Hadi, SE, MM dan pandubudimulya.wordpress.com